Diberdayakan oleh Blogger.

Berlangganan Artikel

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Facebook Fans Page

Tulisan random dari pengalaman sehari hari

Lalai dalam Islam

“ Lalai ” dalam terminologi akhlak dianggap sebagai penghalang, sedangkan “ sadar “ dipandang sebagai sebuah kemestian dalam proses “ tazkiyyatun-nafs “. Langkah pertama dalam sair-suluk adalah manusia harus meyakini bahwa dirinya “ belum sempurna “, karena itu dia harus “ menyempurna “. Dari “ belum sempurna “ ke “ menyempurna “ terdapat gerak perjalanan, artinya ia sedang musafir dan membutuhkan petunjuk untuk sampai pada tujuannya. Mereka yang lalai dan belum mengetahui bahwa dirinya musafir maka ia akan tetap diam pada tempatnya.
Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkam jiwa, serta menawan/melumpuhkan angota badan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ertinya: “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (Surah Al Anbiyaa’: 1)
اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مَّعْرِضُونَ

Majoriti manusia dalam keadaan lalai
Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahullah berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, iaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemaslahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justeru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang mahu pun di masa mendatang.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman-walaupun kamu sangat menginginkannya.” (Surah Yusuf: 103)
 وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ


Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang alpa dan suka main-main? Sama sekali tidak…..Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, kerana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang ertinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Surah Al ‘Araf: 205)
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dampak2 orang yang lalai

Ada beberapa contoh kasus lalai yang berakibat fatal :
         1. Gara-gara kecerobohan tim dokter saat menjalankan operasi pembedahan perut, tim dokter lupa bahwa gunting yang Meraka pakai untuk melakukan operasi pembedahan masih tertinggal di dalam perut.
         2. Seorang wanita nyaris buta matanya akibat lupa melepas lensa kontak yang ia kenakan ketika tidur. Hal ini terjadi karena kelalaian wanita tersebut dan mengganggapnya sepele.

       Sebenarnya masih banyak contoh kasus lain yang mungkin sering terjadi di sekitar kita, seperti; Lalai mengunci rumah akibatnya rumah kemalingan, Lalai mematikan Setrikaan akibatnya rumah kebakaran, Lalai makan akhirnya sakit, Lalai mengerjakan tugas kuliah akibatnya mendapat nilai jelek, lalai membawa bahan presentasi akibatnya presentasi gagal,

         Benar-benar fatal akibatnya apabila lupa itu terjadi. Lalu bgaimana cara agar kita tidak sering mengalami kejadian lupa, agar kita tidak menjadi orang yang pelupa dan agar kita tidak memiliki
 penyakit amnesia? Nah, itu yang jadi pertanyaan saya, kalau saya hanya bisa berusaha dan berdo’a.

Siksa / azab bagi orang yang lalai
Orang-orang yang lalai mendapatkan siksaan di dunia dan sangsi di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang ummat Nabi Musa tatkala mereka mendustakan dan menyakitinya, yang ertinya: “Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggalamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (Surah Al-A’raf: 136)
فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan neraka Jahannam – iaitu tempat siksaan di akhirat -  sebagai tempat kembali dan tempat tinggal bagi orang-orang yang lalai, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, yang ertinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manuia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunaknnya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Surah Al-A’raf: 179)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Ayat ini menjelaskan bahawa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau’idhah (nasihat), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan zahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan.

Penyebab lalai secara umum
   1.    Kurang peka terhadap kebaikan
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (al-Anfal: 2-4)
Pada ayat tersebut Allah menyebutkan beberapa sifat orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Pertama, mereka adalah orang-orang yang jika disebut Nama Allah, mereka gemetar dan takut. Kedua, jika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, iman mereka menjadi bertambah. Ketiga, mereka bertawakkal hanya kepada Allah semata. Keempat, mereka menegakkan shalat dengan menyempurnakan seluruh syarat, rukun, wajib dan sunnahnya. Dan kelima, mereka adalah orang-orang yang gemar berinfak dari rizki yang diberikan kepada mereka, dan ini mencakup pembayaran zakat serta pemenuhan hak-hak sesama, baik yang wajib maupun yang sunnah.

    2.    Tidak mempunyai Ilmu Pengetahuan
Bagaimana kita mau shalat dhuha jika kita tidak pernah tau bagaimana caranya, kapan waktunya, fadhilahnya dan seterusnya. Bagaimana kita mau berpuasa jika kita tidak pernah tau syarat, rukun dan tuntunannya serta kelebihan-kelebihan orang yang berpuasa.

“…niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Mujaadilah: 11]

    3.    Allah SWT menunda kesempatan beramal tersebut

Allah  SWT seringkali menunda kesempatan kepada kita lantaran kita belum siap untuk melaksanakannya. Atau kita akan melaksanakan dengan setengah-setengah jika memang kita diberikan kesempatan kepada kita. Padahal, “Alloh menyukai orang yang bekerja secara ihsan” (Al Hadits).
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari) keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al ‘Ankabut: 69]

     4.    Tipe Manusia
  • Quiters: tipe orang yang selalu ingin cepat buru-buru mencapai tujuan tapi di sisi lain dia juga mudah menyerah saat ujian datang.
  • Campers: tipe orang yang mudah puas dan nyaman di zona aman.
  • Climbers:tipe pejuang sejati yang siap mengambil setiap resiko yang ada. Tipe ini digambarkan dalam firman Alloh; Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.[Ali Imran: 146]



 

Tanda-tanda lalai atau ciri-ciri kita termasuk kedalamnya
Saudaraku tercinta, lalai itu memiliki banyak tanda, dikala kita melihat salah satunya ada dalam diri kita, maka ketahuilah sesungguhnya kita dalam bahaya, cepatlah koreksi diri, kejarlah ketinggalan, dan mulailah bertindak terhadap tanda-tanda ini dengan cara-cara yang disyari’atkan agar kita mampu melepaskan diri dari cengkamannya sepanjang masa. Dan di antara-tanda itu adalah:
  1. Menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan inilah fenomena kelalaian yang paling besar.
  2. Kufur, fasiq, dan nifaq.
  3. Melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti zina, sodomi, minum-minuman keras, dan lain sebagainya.
  4. Menyia-nyiakan salat, dan mempermudahkan waktu-waktunya, serta (meninggalkan) mendirikannya secara berjamaah di masjid.
  5. Sedikit mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  6. Sedikit membaca Al Qur’an.
  7. Meninggalkan berdoa, dan bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  8. Mencintai dunia, dan menyibukan diri untuk mengumpulkannya dengan berbagai cara.
  9. Tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam hal pakaian, cara hidup, dan penampilan.
  10. Berteman dengan orang-orang jahat, dan orang yang tidak mahu mengingatkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  11. Menyia-nyiakan waktu dalam hal yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  12. Terlalu banyak makan, minum, tidur, dan bergaul, kerana itu semua menyebabkan rosaknya hati dan malasnya anggota badan dari melaksanakan berbagai macam ketaatan.
  13. Mendengarkan lagu-lagu, dan menonton siaran TV yang beracun.
  14. Tidak hati-hati dalam segala hal yang berkaitan dengan halal dan haram.
  15. Melanggar keharaman-keharaman yang nampak, seperti penyalahgunaan dadah, merokok, wanita bertabarruj dan keluar dengan bersolek serta memakai wangi-wangian, dan lain sebagainya.





0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...